Merasakan Pengalaman Hitchhiker


Kita tidak akan pernah tau rasa gula itu manis sebelum kita mencicipinya…

Ungkapan itu seakan mengiang di telinga ketika saya berhasil pertama kali merasakan pengalaman hitchhiking. Meskipun hanya dari Bandung menuju Garut dan pulang lagi ke Bandung.

Emang Hitchhiker/Hitchhiking itu apa ya, Nafis?

HitchhikerHitchhiker, atau biasa disingkat “hitching” adalah kegiatan melakukan transportasi dari satu tempat ke tempat yang lain secara menumpang. Dengan kata lain, kegiatan transportasi yang kita lakukan itu menghabiskan biaya Rp.0,- alias GRATIS! (karena nebeng!)

Media yang digunakan dalam kegiatan hitching ini bermacam-macam. Dari mulai mobil pribadi sampai angkutan tambang. Sebenarnya, kegiatan hitching yang saya jalani termasuk kedalam free hitching, atau hitching bebas (emang ada hitching yang enggak bebas, Fis?). Karena saya melakukannya dengan menumpang mobil truck tambang. Begitu…

Di negara asal yang memopulerkan hitching, yaitu Amerika, para penggiat Hitchhiker ini biasanya menggunakan isyarat jempol untuk menarik angkutan yang akan ditumpanginya, atau menggunakan papan yang bertuliskan destinasi yang akan kita tuju, untuk memudahkan ‘korban’ yang bersedia mengangkut kita, serta menggunakan pakaian rapi. Namanya GRATIS, jangan pilih-pilih alat angkut yang akan membawa kita ke tujuan yaa! Jadi terima-terima aja kalau lagi hitching, terus ternyata alat transportasinya itu bekas alat angkut hewan ternak… *yaiks* :mrgreen:

Komunitas Hitchhiker Indonesia

Komunitas Hitchhiker Indonesia

Jangan jauh-jauh ke Amerika, ternyata di Indonesia juga ada lho komunitasnya, nama komunitas ini adalah Hitchhiker Indonesia. Dan salah satu yang saya kenal di komunitas ini adalah Ejie. Di blognya, dia sering membuat artikel mengenai pengalaman dia bergabung dengan HHI (Hitchhiker Indonesia :Red) dan hitching bersama mereka.

Aturan main untuk hitching adalah Sabar dan Muka Badak! Karena tidak semua alat transportasi mau mengangkut para penggiat hitching, kan? Dan jangan pernah malu untuk melambaikan tangan kepada angkutan yang akan kita tumpangi. Namanya juga Rp.0,- tapi etika juga dipakai ya! Kalau bisa, untuk membalas jasa mereka yang telah berbaik hati, kita bisa memberikan mereka jasa dari kita berupa: Pijat, Teman Curhat, atau makanan seperti biskuit snack, dan sebagainya. Yang jelas, simbiosis mutualisme! 😀

Bandung – Garut – Bandung = Rp.0,-

Perjalanan jam 10 larut malam, saya dengan tiga teman saya berniat untuk pergi mendaki Gunung Cikuray di Garut. Rencana kami untuk mengejar bus terakhir dari Terminal Cicaheum menuju Terminal Guntur ternyata harkos! Pasalnya, bus terakhir menuju terminal Garut berangkat jam 8 malam. Alhasil kami diharuskan menunggu sampai jam 6 pagi keesokan harinya untuk pergi ke Garut. Rencana terancam hancur karena kami berniat ‘muncak’ mulai pukul 5 subuh. Namun kami tetap menunggu keajaiban datang, semoga ada bus yang menuju Garut yang tersisa. Waktu terus berputar, waktu semakin menunjukkan pukul 23.30. Sudah tidak mungkin rasanya untuk menunggu keajaiban tersebut. Saya teringat akan komunitas HHI, saya tawarkan kepada teman-teman saya untuk Hitching.

Awalnya kami ragu untuk bisa dapat tumpangan. Karena kami baru pertama kali melakukan kegiatan seperti ini. Ditambah, kami malu! Melambaikan jempol kearah angkutan yang tidak kami kenal sama sekali. Emang dasar saya tidak pernah kenal malu, :mrgreen: saya mencoba beberapa kali untuk ‘menggoda’ sopir pick up atau truck kosong yang lewat. Tidak berhasil! Puluhan mobil telah menolak saya. Namun, kemudian saya berhasil! Ternyata ada mobil Pick Up yang berbaik hati mengangkut saya. Dan teman-teman saya merasa tidak percaya, tapi tetap mau naik juga!

Sepanjang jalan kami tertawa dengan keberhasilan saya ini. Singkat cerita, kami melakukan transportasi sebagai berikut:

Terminal Cicaheum – Cileunyi = Pick Up

Cileunyi – Jalan Cagak Garut-Tasik = Truck Fuso

Jalan Cagak Garut-Tasik – Simpang Lima Garut = Truck Pengangkut Batu Bata

Simpang Lima Garut – Desa Dayeuh Manggung = Pick Up Pengangkut Kayu

Sepanjang track menuju puncak Gunung Cikuray, kami habiskan dengan rencana pulang secara Hitching. Sampai kami turun dari Gunung lagi, kami tetap melakukan hitching dan kembali ke Bandung.

1 thoughts on “Merasakan Pengalaman Hitchhiker

Tinggalkan komentar