Melayang Di Gunung Manglayang


“Bandung Heurin Ku Tangtung”

Bandung sempit karena orang berdiri

Bandung dikenal sebagai surganya kuliner, fashion, dan tempat wisata. Setiap hari, khususnya ketika weekend tiba, banyak orang dari berbagai kota mampir ke ‘kota kembang’ dengan berbagai tujuan. Jadi jangan heran, bila kota Bandung hari gini identik dengan suasana macet, penuh sesak, dan mainstream.

“Bandung Diriung Ku Gunung”

Bandung dikelilingi Gunung

Selain kuliner, Bandung yang dahulunya merupakan danau purba, memiliki berbagai gunung yang dapat dinikmati. Mungkin inilah yang menyebabkan Bandung menjadi kota yang favorit dikunjungi oleh pelancong dari kota tetangga.

Guna menghindari hal tersebut, saya bersama ketujuh teman saya sepakat untuk sejenak ‘meninggalkan’ hiruk pikuk kota Bandung, untuk menikmati suasana tenang dan sejuk. Hari sabtu tanggal 1 Juni 2013, kami sepakat untuk ‘nanjak’ ke puncak gunung Manglayang yang terletak di sebelah timur Bandung.

Puncak Manglayang

Puncak Manglayang

Gunung Manglayang adalah salah satu dari beberapa gunung yang mengelilingi Bandung. Gunung ini mungkin tidak se-terkenal gunung tetangganya, seperti gunung Burangrang atau Gunung Tangkuban Parahu. Namun, gunung yang memiliki ketinggian 1818 mdpl ini memiliki pemandangan yang luar biasa, karena dapat melihat view 2 kota dalam satu tempat: Kabupaten Sumedang dan Kota Bandung.

Pemandangan Kota Bandung

Pemandangan Kota Bandung

Perjalanan dimulai dari Bumi Perkemahan Palintang, Ujung Berung, Kabupaten Bandung. Untuk mencapai kawasan ini, jika pergi dari Kota Bandung dapat diakses dengan menggunakan Bus Damri dari Universitas Padjadjaran Kampus Dipati Ukur, menuju Universitas Padjadjaran Kampus Jatinangor.

Kami memutuskan untuk pergi mendaki pukul 11 malam, karena kami melakukan pendakian ini dengan rencana yang tidak begitu matang. Obrolan sore 3 orang membawa kami termotivasi untuk muncak ke gunung Manglayang dan mengajak 5 orang lainnya untuk ikut bergabung, dan dalam selang waktu 4 jam sampai menuju jam 11 malam, kami gunakan untuk membawa mountain gear yang kami punya, dan membeli logistik yang kami butuhkan.

Bener-bener Gelap! :(

Bener-bener Gelap! 😦

Dengan track pendakian yang cukup curam, yaitu berkisar dari 30-60 derajat, kami menanjak melewati bukit dan hutan yang terdapat disepanjang perjalanan. Dengan jalanan yang licin dan berair, kami sempat beberapa kali tergelincir meskipun telah mencoba untuk berhati-hati. Ketegangan lainnya yang kami alami, salah satu orang diantara kami (Luthfi) yang baru beberapa bulan sembuh dari patah tulang kaki ketika hendak mendaki gunung Cikuray Garut, tiba-tiba mengeluh pusing dan mual. Mungkin dia sudah kaku dengan pendakian-pendakian, karena sebelumnya (dibandingkan saya) Luthfi memiliki jam pendakian yang tinggi. Shock nya lagi ketika dia terjatuh karena jalan licin dan dia mengerang sakit. Sungguh perjalanan yang banyak tantangan! 🙂

Karena kami menuntun Luthfi agar dapat menuju puncak, perjalanan kami diwarnai dengan istirahat dan menyebabkan waktu tempuh pendakian hingga 4 jam lamanya, dengan waktu normal pendakian adalah berkisar antara 1,5 jam sampai 2 jam saja. Tantangan yang paling berat adalah track menurun, disertai dengan deburan angin dari kota Bandung dan Kabupaten Sumedang yang rasanya tidak mempan meskipun saya menggukanan 2 jaket, sweater, baju kemeja, dan kaos. Menambah rintangan kami untuk sampai ke puncak. :mrgreen:

Sesampainya dipuncak gunung, kami tetap melanjutkan perjalanan. Bukan puncak yang kami tuju untuk mendirikan tenda, tapi puncak timur atau Baru Bereum, dimana pemandangan Kota Bandung dan Kabupaten Sumedang terhampar.

Matahari Terbit di Manglayang

Matahari Terbit di Manglayang

Beruntung, ketika sampai ke puncak timur, matahari mulai memancarkan sinarnya. Tanda mau terbit! Tidak lupa kami mengabadikan momen ini dengan foto-foto sebanyak-banyaknya! Karena hamparan samudera awan, view kota bandung dan sumedang, serta sunrise, membuat kami merasa melayang di udara, diatas 2 kota yang menghimpit gunung ini, dan pastinya dapat membuat orang lain iri. kesempatan inilah yang kami gunakan untuk membuat mereka iri, dengan mengganti foto di Profile Picture Blackberry Messenger, Twitter, LINE, share di Path, dan instagram! :mrgreen:

Mereka Pasti Iri! :P

Mereka Pasti Iri! 😛

kami hanya menghabiskan waktu sebanyak 6 jam diatas puncak, termasuk makan, tidur, dan foto-foto. Namun hal ini mungkin cukup, mengingat, senin hari besoknya, kami harus kembali ke bangku kuliah untuk mengikuti semester pendek dan melanjutkan laporan Kerja Praktek!!!! 😦

9 thoughts on “Melayang Di Gunung Manglayang

Tinggalkan komentar